Monday, July 20, 2015

The Casual Vacancy

Hari libur ke-96!

Akhirnya setelah libur selama 3 bulan lebih, gue baru berhasil menyelesaikan The Casual Vacancy. Semerosot inikah niat membaca gue dibandingkan dulu? :')

Awal ketertarikan gue membeli buku ini bahkan bukanlah karena nama pengarang JK Rowling (yang menulis serial Harry Potter yang gue suka banget), tapi gara-gara bukunya diobral! Hahaha. Kayaknya pas buku ini pertama dirilis, penerbitnya terlalu bernafsu deh sampai mencetak buku hardcover sedemikian banyak. Padahal, mungkin ada banyak pembaca Harry Potter seperti gue yang belum tentu akan tertarik sama semua novelnya JKR tanpa kecuali.

TAPI GUE SALAH BANGET.

Awal cerita yaa biasa lah ya agak membosankan, gue emang orangnya gitu di awal-awal suka males, tapi kalo udah terjerumus bah udah deh. Dan hal yang sama terjadi dengan buku ini! Ketika salah satu plot The Casual Vacancy mulai menyentuh karakter-yang-akhirnya-gue-suka-banget, buku ini mendadak jadi super seru dan gue kembali dihadapkan dengan perasaan: anjir, ini gue ngintip endingnya duluan apa nggak ya?!

Sinopsis buku ini nggak begitu menarik sih, menurut gue. Terkesan bukunya berbau politik sehingga sepertinya inilah yang ngebuat gue pada awalnya agak males (if only not for the discount!) But lo salah banget kalo berpikir buku ini tentang politik. Buku ini menawarkan banyak banget cerita tentang kehidupan masing-masing individu di sebuah desa kecil. Barry Fairbrother adalah satu-satunya nama yang disebut dalam sinopsis, tapi percayalah cerita buku ini sama sekali bukan tentang Barry, melainkan tentang orang-orang di sekitar almarhum yang saling terhubung dengan dan karena Barry.

Btw, gue sama sekali nggak bermaksud mereview buku ini sih. Gue terlalu malas untuk meringkas ceritanya karena, well, gue merasa detail-detail kecil yang ada tuh penting banget demi kelangsungan cerita. Kita anggap aja ini curhatan pribadi gue karena abis mindblown gara-gara bukunya yaa, hahaha.

Karakter dalam buku ini menurut gue terkesan sangat nyata dan alasannya ya karena lo bisa banget menjumpai hal-hal dan orang-orang kayak gitu di kehidupan sehari-hari. Orang yang sok berkuasa, orang yang korup dan sok pintar, orang yang pencitraan aja kuat, orangtua yang secara gak sadar membanding-bandingkan anak, anak yang membenci orangtua mereka, remaja yang mengatasnamakan hal-hal yang sebenernya gak gitu penting untuk membenarkan perbuatan mereka, orang-orang penggosip, orang-orang yang disalahpahami. Dan masih banyak orang-orang lainnya.


Ada beberapa karakter yang menurut gue menarik untuk dibicarakan.

Barry Fairbrother
Yah meskipun dia dikisahkan udah meninggal di 2 halaman pertama, tapi gak bisa dipungkiri kalau he had touched people's life deeply.

Andrew Price
Duh, nomor satu ini karakter paling menarik! Entahlah, mungkin karena beberapa sisi kehidupan dia rasanya gue bisa relate banget dengan kehidupan gue sendiri? Jadi sedikit banyak gue setuju dengan beberapa pemikiran Andy. Gue senang dengan caranya yang sebisa mungkin menghindari masalah dan lain sebagainya, yah meskipun kadang emang jadi terkesan pengecut sih. Tapi gue sangat yakin (kalau buku ini berlanjut) dia akan tumbuh menjadi seorang yang baik. Gue agak menyayangkan aja dia bukan orang yang berani.

Krystal Weedon
:( At first I can't be sympathetic towards this character, but as soon as the book tells us about her condition at house, OMG I find her quite fascinating. Krystal adalah salah satu karakter yang disalahpahami banyak orang hanya karena lingkungan tempat dia tinggal. Menurut gue, korelasi antara Krystal dan Barry adalah yang paling erat. Barry seperti melihat dirinya di masa muda dalam diri Krystal dan sebaliknya, Barry adalah salah satu sosok yang paling dihormati Krystal mungkin, di hidupnya yang amat keras itu.

Gue mengidolakan Krystal banget karena kasih sayangnya sama adiknya, Robbie, yang luar biasa. Padahal, gue udah keburu menstereotipekan dia sebagai anak gak pedulian yang hobi merusak diri dan lalala. Setiap kali buku menceritakan Krystal yang membereskan rumah dan merawat adiknya, gue bener-bener ngerasa kesel sendiri, kenapa sih orang-orang selalu berprasangka buruk dengan orang lain hingga separah itu? Krystal is not that bad of a kid.

Stuart "Fats" Collin
Awalnya gue merasa Fats keren, dengan segala prinsipnya soal authenticity, dia benci kepalsuan dan menurut gue itu lumayan keren. Gue bahkan bermaksud nge-quote dia pas pertama baca tentang Fats. Tapi ternyata lama-lama gue merasa prinsip Fats cuma kedok doang supaya dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Bagian yang paling gue suka dari buku ini adalah mendekati akhir cerita, dimana Fats akhirnya terkena batunya sendiri. Ternyata dia jauh lebih palsu daripada orang lain? Hahaha. Ketika mamanya menceritakan tentang awal mula dia diangkat menjadi anak keluarga Collins dengan ekspresi lain dari biasanya dan akhrinya Fats menunjukkan ekspresi ketakutan, I feel victorious. Eat shit, Fats.

Sukhvinder Jawanda
People like Sukhvinder exist. Those people with any kinds of disabilities and differences from the commoners, but then suffer from being bullied. Sukhvinder adalah salah satu yang mulai gue suka justru di akhir cerita. Sedari awal Sukhvinder sama sekali bukanlah salah satu karakter yang gue perhitungkan akan membuat perubahan besar terhadap alur cerita. Dia sering dibully di sekolahnya dan juga tipe orang yang nggak bisa mengutarakan perasaan dia. Tapi, wow, di akhir cerita justru dia mengajarkan gue kalo orang paling termarjinalkan pun punya sesuatu yang luar biasa dalam diri mereka.

Gaia Bawden
Awalnya gue agak tertarik sama karakter ini karena dia digambarkan cantik HAHA jadi gue kaya langsung ngebayangin waduh Hermione. Gue udah ngecek pemain aslinya di google dan plis gw kecewa bgt? so whatever dia ttp gue bayangkan sebagai Hermione. Gaia digambarkan sebagai siswi yang populer, tapi dia mencoba berteman dengan Sukhvinder yang bisa dibilang, kebalikannya? Meskipun ternyata alasan Gaia sama sekali gak berhubungan dengan hal-hal humanitarian, tapi gue bisa menangkap kalau Gaia tulus berteman dengan Sukhvinder.

==
Mungkin segitu aja? Hahaha, karakter orang dewasanya kurang menarik sih bagi gue. Mungkin karena gue masih berjiwa muda ya huehehe.

Bab terakhir merupakan bab paling seru di buku ini. Salah satu bab yang saking serunya gue gak mau baca cepet-cepet.

Di akhir cerita, Krystal Weedon meninggal dunia. Yak, dia meninggal karena bunuh diri dengan sengaja 'mengoverdosiskan diri'. Hal ini terjadi setelah karena kelalaiannya (dan ketidakpedulian Fats), dia menelantarkan Robbie sehingga adiknya itu meninggal dunia. Robbie ditemukan secara tidak sengaja oleh Sukhvinder yang sedang berjalan menenangkan dirinya sendiri. Robbie jatuh ke dalam sungai, Sukhvinder refleks bergegas terjun untuk menolong Robbie, Robbie sudah tidak terselamatkan, Krystal yang belum tahu perihal adiknya masih terus saja mencari Robbie hingga akhirnya dirinya ditemukan oleh seorang polwan, Fats yang pengecut (guess that's your kind of authenticity) kabur ke tempat persembunyian amannya, Krystal yang sangat kehilangan bunuh diri dan berhasil. Akhir yang tragis untuk kehidupan seorang remaja 16 tahun :(

Gue sedih dengan akhir cerita dari Krystal. Padahal, Krystal punya visi tentang hidupnya yang mulia banget dan gue cukup optimis kalau dia akan jadi orang dewasa yang berbeda dengan ibunya. (Tapi cerita di balik hidupnya Terri Weedon yang hancur itu juga sedih banget..) Gue lega Andrew masih mengingat dengan jelas bahwa di saat mereka masih kanak-kanak, Fats adalah orang yang dengan iseng memberi Andrew kacang (dan dia alergi kacang parah!) dan ketika anak-anak lain kebingungan, Krystal kecil adalah satu-satunya orang yang melapor kepada guru soal alergi Andrew.

Sukhvinder mendapat akhir yang melegakan. Setelah sekian lama disalahpahami oleh kedua orangtuanya, ia akhirnya memperoleh suatu penyelesaian. Sukhvinder dikisahkan dengan berani mengusulkan agar kedua bersaudara Weedon didoakan di gereja desa mereka, Sukhvinder juga yang menginisiasi banyak hal mengenai pemakaman Krystal dan adiknya. Ia juga adalah orang yang dengan heroik mencoba menyelamatkan nyawa Robbie. Gue senang banget, akhirnya Sukhvinder bisa diterima oleh orangtuanya sama seperti saudaranya yang lain. Lalu sejak ia melakukan aksi heroiknya itu, penindasan terhadap dirinya berkurang (terutama dari sepupu Krystal dan Robbie). When your guts finally overcome your fear, I think that is the moment you find your true self.

Gue juga suka dengan persahabatan antara Gaia, Andrew, dan Sukhvinder. Meskipun Andrew emang ada perasaan gitu sih terhadap Gaia, tapi menurut gue persahabatan mereka cukup tulus.

Akhir kata, The Casual Vacancy adalah buku yang benar-benar menarik. Biasanya gue suka dengan cerita-cerita yang, istilahnya, 'mengungkap sisi lain dalam diri manusia', dan kayaknya buku ini adalah salah satu buku yang tepat.

People like Sukhvinder exist, those whom you underestimate every time, but actually have something bigger within them.
People like Krystal exist, those whose family background frightens everyone and have the worst behavior, but actually only need some more love poured on them.
People like Fats also exist, those who act all cool outside but actually rotten inside.

Lagu Umbrella dari Rihanna memainkan peranan cukup penting di buku ini. Lagu tersebut adalah salah satu lagu yang akan selalu dikenang tim dayung Winterdown asuhan Barry Fairbrother. Lagu yang menurut Sukhvinder menggambarkan saat-saat bahagia dirinya, Krystal, dan tim dayung Winterdown (satu dari sedikit tempat di mana ia merasa menjadi bagiannya). Lagu yang juga mengantar Barry Fairbrother dan Krystal Weedon ke pemakaman terakhir mereka. Dan kini akan menjadi salah satu lagu pop yang mungkin sekarang nggak akan terdengar sama lagi di kuping gue, setelah gue membaca buku ini.

Good girl gone bad
Take three, action
No clouds in my storms
Let it rain, I hydroplane into flame
Comin' down like the Dow Jones
When the clouds come, we gone

No comments:

Post a Comment