Saturday, April 18, 2015

Review: Dead Poets Society [1989]

Hanjir.

Itu yang gue ucapkan sepanjang film. Serius, filmnya keren banget. Pertama tahu film ini adalah saat gue ngecek film IMDb dari rating tertinggi. Lalu, ketika gue nyari film dengan tema pendidikan (iya, gue emang suka genre film kayak gitu). Terakhir, ketika Robin Williams meninggal tahun lalu. Awalnya gue ngerasa ragu dengan film ini, karena film ini udah lama banget. Pengalaman gue kurang enak dengan The Breakfast Club yang juga film lama, itu film garing abis..

Tapi akhirnya setelah melalui semua regulasi sistem pendidikan menengah atas (ih, kosakatanya.. ngaco..), kesampean juga nonton film yang mengkritisi sistem pendidikan ini.

Dead Poets Society

Menceritakan tentang kehidupan sekelompok anak muda di sebuah preparatory school kenamaan di Amerika, Welton Academy. Kayaknya sih sekolah ini elit banget ya. Tahun itu, Welton mendapatkan seorang guru bahasa Inggris baru yang sangat unorthodox, Mr. John Keating. Keating percaya bahwa puisi adalah sesuatu yang merupakan ungkapan perasaan manusia. Menurut Keating, puisi bukanlah hal yang dapat diteorikan. Puisi bisa kayak apa aja, sederhana, pendek, dan lain sebagainya.

Murid-murid yang disorot antara lain Todd Anderson (yang ada di bawah bayang-bayang kakaknya yang seorang valedictorian, dia jadi ngerasa dirinya ga berharga banget), Neil Perry (yang suka banget sama acting tapi bapaknya nuntut dia jadi dokter), Charlie Dalton (yang ganteng banget pemberontak tapi keren lah hahaha), Knox Overstreet (yang juga ganteng suka sama seorang gadis yang udah punya pacar, beda sekolah, dia galau abis di film ini haha), Meeks (yang gue lupa nama depannya, tapi dia pinter banget), Pitts (yang awalnya ragu-ragu untuk ikut ide gila Dead Poets Society), dan Cameron (yang paling ambis, tapi nggak setia kawan cuih).

Di film ini kita dapat melihat kisah mereka terkungkung dalam sebuah sekolah dengan sistem yang sangat konservatif, sembari berjuang mengekspresikan jiwa muda mereka. Mereka semua juga adalah anak-anak yang dituntut banyak oleh orang-orang, terlebih orang tua mereka. Bersama John Keating, mereka mulai menemukan arti hidup mereka sendiri.

Ketika awal nonton, gue sempet merasa ini bakal jadi film yang ambis banget.. Tapi ternyata gue salah banget. Di film ini kita bisa liat bagaimana setiap orang punya pergumulan masing-masing, yang mungkin lo nggak tau. Patut ditontot banget, apalagi buat yang mau memilih jurusan dan egala macem yang berhubungan dengan masa depan nih. Beruntung sih pilihan gue sama kayak saran bokap nyokap (ya iyalah, pilihan orang tua sejuta umat kali nih, akuntansi..). Tapi buat kalian yang punya pilihan berbeda dengan orang tua, gue baru sadar sih ternyata serumit itu ya.. Berjuang terus ya, kalian! Dan jangan pernah menyerah baik dalam memperjuangkan mimpi maupun hidup kalian. 

Eh iya, saya nangis sih di perdelapan terakhir film..

O captain my captain!
Banyak juga puisi bagus di film ini, tapi gue males ah nge-quote nya hahahaha. Gue ngga gitu mengerti bahasa puisi dan ngga memiliih untuk mengekspresikan diri gue dalam tulisan-tulisan bermajas. We don't read and write poems because it's cute, anyway.

Patut ditonton banget nih!

P.S. Di film ini ada Ethan Hawke pas masih muda loh! Yaampun beda banget dia pas di Boyhood, emang disana udah dewasa sih dia.. Tapi tetep aja keren banget actingnya.

No comments:

Post a Comment